Sabtu, 10 September 2011

ANNA

Aku punya cerpen. Cerpen pertama di buku MIRACLE yang pertama. Dulu waktu masih kecil sering juga sih buat cerpen, tapi nggak jelas. Nggak ada klimaksnya. Sekarang udah bisa nampilin klimaks. Semoga banyak yang suka.
Selamat menikmati.



     Namanya Lucas, usianya sekita 13 tahun. Anna selalu memperhatikannya. Wajahnya manis, kulitnya putih, warna  rambutnya pirang, dan matanya biru seperti laut. Kalau menatapnya seakan kau sedang berenang didalamnya. Dia sungguh mempesona. Apalagi caranya memperlakukan anak perempuan. Sungguh manis. Anna bertemu dengannya disebuah pertunjukkan musik dua bulan lalu. Saat itu Lucas sedang bermain piano dengan Tn. Pennyllsky, teman baik ayahnya.
     Kau pasti tahu. Gadis-gadis berusia sepuluh tahun seperti Anna pasti mendambakan memiliki  seorang pangeran tampan seperti di cerita-cerita dongeng. Dan bagi Anna, Lucas adalah pangeran impiannya. Seorang pangeran yang tidak suka kekerasan, pangeran yang mempunyai kelembutan, pangeran yang memiliki lagu dalam jiwanya. Benar-benar pangeran impian bagi Anna.
     Suatu hari Anna menghadiri pertunjukkan musik itu lagi. Setelah acara selesai Anna memutuskan untuk menemui Lucas. Ia ingin lebih mengenal Lucas. Anna menyapa Lucas. Hanya senyuman yang ia dapat. Senyuman indah. Mereka berbincang-bincang. Sepertinya gadis kecil itu telah benar-benar mengenal Lucas. Sekolah mereka tidak berjauhan. Hanya berbeda beberapa blok saja.
     Tidak terasa sudah beberapa bulan berlalu. Mereka tetap seperti dulu. Seperti waktu kali pertama Anna mencoba mengenal Lucas. Tapi entah mengapa rasanya jarak mereka semakin jauh. Anna merasa ada yang Lucas sembunyikan darinya. Ia merasa cukup mengenal Lucas sebatas ini. Tak apalah, yang penting  ia bisa terus melihat senyum Lucas. Sampai suatu hari Anna benar-benar tak tahan melihat tingkah Lucas. Ia memang baik seperti biasa, tapi ada sesuatu yang ia tutupi. Anna memberanikan diri untuk bertanya.
     “Apa ada yang kau sembunyikan dariku? Katakanlah!”.
     Lucas terlihat panik. Ia lalu menarik diri dari hadapan Anna. Anna menyesal telah bertanya. Kalau saja ia tak bertanya pasti sekarang Lucas masih tersenyum disampingnya.
   
     Hari ini hari ulang tahun Anna. Ia genap berusia sebelas tahun. Lucas tahu hari ini Anna berulang tahun. Karena itu wajah Anna berseri-seri mencoba menerka kado apa yang akan Lucas berikan padanya.
Telepon rumahnya berdering. Anna segera mengangkatnya.
     “Halo”. Terdengar suara Lucas di seberang. Beberapa saat lamanya mereka berbincang. Sejurus kemudian Anna mengangguk dan langsung menutup teleponnya.
     Di kamarnya Anna bingung harus memakai pakaian seperti apa saat bertemu Lucas nanti. Semua koleksi pakaian terbaiknya ia coba, tapi tak satupun yang nyaman di kulitnya. Anna mengintip ke luar jendela. Diluar dingin. Ia memutuskan memakai sweater abu-abu kesukaannya. Tidak lupa sepasang sarung tangan dan sebuah penutup kepala yang hangat.
     Anna tiba di dermaga. Lucas menyuruhnya menunggu di dekat sebuah tiang lampu. Mata Anna mulai bekerja mencari-cari dimana Lucas berada. Matanya tertuju pada segerombolan orang di ujung dermaga. Disitu ia melihat Lucas. Anna melambai padanya. Lucas mendekat. Pakaiannya sangat rapi. Sungguh tak cocok dengan apa yang ia kenakan.
     Lucas memberikan sebuah buku pada Anna. Buku bergambar not-not balok pada sampulnya.
     “Ini kado dariku. Selamat Ulang Tahun.” Kata Lucas sambil tersenyum. “Anna… Aku harus pergi. Aku akan ke Los Angeles. Aku ingin menjadi pianis terkenal disana. Selamat tinggal!”. Lucas melangkah pegi.
     “Kapan kau akan kembali?” tanya Anna.
     Lucas menghentikan langkahnya. “Pada hari yang sama. Entahlah. Mungkin tahun depan. Atau beberapa tahun lagi. Atau mungkin tidak sama sekali.”
     Lama mereka diam. Sampai akhirnya seseorang melambai pada Lucas. “Aku harus pergi”.
     Anna mematung tak bargerak. Ia hanya memandang kearah Lucas yang semakin menjauh. Kini ia benar-benar jauh dari Lucas. Jauh sekali.
     Anna berjalan pulang kerumahnya dengan tatapan sayu. Langkahnya gontai. Anna merebahkan tubuhnya di ranjang. Matanya terpejam. Ia tak ingin menangis.
     Anna melangkah maju menuju cermin besar disamping jendela. “Kenapa?”. Anna mulai bicara. Ia bicara pada bayangannya dicermin seolah-olah itu Lucas. “Kenapa harus Los Angeles? Kenapa begitu jauh dari sini? Bukankah di Inggris kau juga bisa menjadi pianis terkenal.”. anna memandang marah pada bayangannya. Anna merasa hari ini adalah hari ulang tahun terburuk yang pernah ia rayakan. Kemudian tatapannya mulai melemah.
     “Pergilah! Kejar impianmu. Aku mendukungmu.”. lalu Anna tersenyum. Dalam hati Anna yakin Lucas pasti kembali. Pada hari yang sama. Tapi hari apa? Anna bingung. Apa hari Rabu juga seperti sekarang? Anna berpikir…..  Anna tahu. Lucas akan kembali pada hari yang sama. Hari ulang tahunnya.


     Tahun berikutnya Anna datang ke dermaga. Ia menunggu Lucas. Begitu pula tahun berikutnya dan tahun berikutnya lagi. Anna selalu merayakan ulang tahunnya di dermaga. Ia membawa kue untuk dibagi-bagikan pada anak-anak yang bermain didekat dermaga.
     Hari ini tepat empat tahun Lucas meninggalkannya. Hari ini hari terakhir Anna menunggu Lucas. Ia tak mungkin terus menunggu Lucas sementara usianya semakin bertambah.
     Dari kejauhan Anna melihat seseorang. Apakah dia Lucas? Anna tak mengenali wajahnya. Kalau itu benar Lucas, sekarang ia sudah jauh lebih dewasa dibanding saat mereka terakhir bertemu.
     Orang itu mendekat dan semakin mendekat. Sekarang orang itu berada tepat didepan Anna. Wajahnya manis, matanya biru. Sungguh tampan. Tapi sayangnya ia memakai kursi roda. Padahal kakinya masih utuh.
Pria itu memberikan beberapa tangkai bunga pada Anna. Ia tersenyum. Anna mengenali senyum itu.
     “Lucas?”.

     Anna dan Lucas duduk di pinggir dermaga. Matahari mulai memerah di ujung sana. Mungkin sebentar lagi akan terbanam.
     “Aku tahu kau pasti kembali. Bisa ceritakan alasannya!”
     “Karena tubuhku.”.
     Anna menatap heran. “Kau lumpuh?”
     “Tidak, belum. Hanya saja ada masalah dengan syaraf kakiku. Sudah dua bulan ini tidak bisa digerakkan. Tangan kiriku juga sering mati rasa.  Aku jadi tidak bisa bermain piano.”
     “Tapi kau kan masih bisa bermain dengan tanganmu yang lain”
     “Takkan maksimal. Los Angeles itu keras. Kau yang tak punya kualitas takkan bisa bertahan”
     “Sekeras itukah?”. Anna berdiri. “Tapi kau punya kualitas. Darahmu adalah musik. Nafasmu adalah nada. Dan di jiwamu terdapat lagu. Kau bisa jadi pianis terkenal disini. Bersamaku.”
     Rambutnya tertiup angin. Rona di pipinya semerah matahari di ujung lautan sana.
     “Hari mulai gelap. Ayo kita pulang!”. Anna membantu Lucas berdiri lalu mendudukkannya diatas kursi roda.

     Memang selepas Lucas pergi Anna belajar bermain piano. Dan sekarang dia bisa bermain piano dengan baik. Anna sering tampil di pertunjukan musik Tn. Penyllsky seperti Lucas dulu. Dan sekarang bermain piano menjadi salah satu tujuan dalam hidupnya.

     Ada suatu ketika Anna berada dalam satu pertunjukan  bersama Lucas. Bagi Anna, Lucas yanbg sekarang masih sama seperti Lucas yang dulu. Pianis terhebat yang pernah ia kenal. Sejak dulu Anna kagum pada Lucas. Entah kapan rasa kagum itu berubah jadi sayang.
     Selam enam bulan terakhir ini Lucas menjalani terapi agar ia bisa menggerakkan kaki dan tangannya lagi. Dan selama itu pula Anna selalu bersama Lucas. Anna senang bermain piano bersama Lucas. Anna senang berbagi kaki dan tangan saat bermain piano dengan Lucas. Sampai suatu hari Lucas harus menjalani operasi. Lucas bilang ada sesuatu dalam tubuhnya yang harus diambil. Ia tak bilang apa itu. Anna berdoa,  meminta agar Tuhan mau menyelamatkan kaki dan tangan Lucas. Karena itu sangat berarti bagi Lucas. Dan Lucas sangat berarti baginya.

     Sorenya Anna mendapat kabar bahwa operasi Lucas berhasil. Lucas telah mendapatkan kaki dan tangannya kembali. Anna tak sabar ingin melihat Lucas berdiri dengan dua kakinya, bermain piano dengan jari-jarinya sendiri. Tanpa sadar senyum terlukis di wajah Anna. Sebuah senyum bahagia yang hangat.
     Dua minggu kemudian Lucas membuat janji dengan Anna. Pukul empat sore Anna bersiap. Anna memakai terusan motif bunga-bunga selutut dan sepatu warna senada. Sungguh cantik. Ia bergegas menuju taman dekat dermaga. Dari jauh Anna melihat sesosok pria tampan berbaju rapi duduk di bangku panjang disamping kolam. Itu Lucas. Ia berada jauh diseberang jalan. Tapi Anna bisa melihat dengan jelas wajah Lucas.
     “Lucas”. Panggil Anna. Lucas menoleh. Kemudian tersenyum. Ia berdiri dan melambaikan tangan pada Anna.
     Anna takjub melihat Lucas berdiri dengan kakinya sendiri. Sekarang Lucas jauh lebih tinggi darinya ketimbang waktu Lucas memakai kursi roda. Anna senang, Lucas kini sembuh. Ia sehat. Anna berlari menuju tempat lucas. Ia terlampau senang sampai-sampai tak bisa mendengar suara teriakan Lucas. Ia hanya melihat bibir Lucas bergerak mencoba bicara padanya. Anna menoleh. Sebuah bis melaju cepat kearahnya dan…….
       

1 komentar: